-->

Bulan Terbelah : Mukjizat Terbesar Nabi Muhammad



Sumber :
Nabi Muhammad Saw Menurut Numerologi Dan Astrologi Cina, Muharram Hidayatullah.

Salah satu mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw adalah terbelahnya bulan, yang terjadi pada tahun ke-9 kenabian. Yang satu berada di atas bukit Abu Qubais dan lainnya tampak di atas bukit Qaiqa’an. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya dan merupakan mukjizat terbesar sepanjang sejarah kenabian, hingga diabadikan dalam Al-Quran.

● Al-Qamar 1
” Telah datang saat itu dan telah terbelah Bulan. “

● Az-Zukhruf 48
” Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka suatu mukjizat, kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali ( ke jalan yang benar ). “

Ibnu Mas’ud memberikan kesaksian, ” Aku melihat bulan terbelah menjadi dua bagian di Mekah, yaitu sebelum Nabi Muhammad keluar meninggalkannya ( berhijrah ke Madinah ). Lalu orang kafir Mekah mengatakan, “Ia ( Muhammad ) telah menyihir bulan “. ( HR. asy-Syaikhani dan al-Hakim )

Anas meriwayatkan, ” Orang-orang kafir meminta sebuah mukjizat dari Nabi Muhammad ( sebagai bukti kenabiannya ), maka terbelahlah bulan di Mekah sebanyak 2 x. ( HR. Tirmidzi )

SELENGKAPNYA :

Habib bin Malik adalah salah seorang raja dari beberapa kerajaan yang ada di Syam ( Syria ), yang rakyatnya masih menyembah berhala. Di kalangan bangsa Arab, ia dikenal sebagai Raihanah Quraisi.

Suatu hari, Habib bin Malik menerima undangan dari Abu Jahal, yang isinya memberitahukan tentang munculnya rasul terakhir di Tanah Arab. Sehingga, berangkatlah Habib dengan mengendarai kuda, bersama 12.000 pasukan berkuda. Sebelum sampai di kota Mekah, mereka singgah di Abthah ( suatu tempat dekat Mekah ) untuk melepas lelah dan beristirahat.

Mengetahui kedatangan Habib, Abu Jahal dan para tokoh Quraisy lainnya menyambut kedatangan mereka dengan membawa berbagai hadiah dan perhiasan yang mahal. Setelah Abu Jahal dan para tokoh Quraisy sampai di Abthah dan bertemu dengan Habib bin Malik, sang raja mempersilahkan Abu Jahal untuk duduk di samping kanannya, lalu menanyakan berita tentang Muhammad Saw. Abu Jahal menyarankan agar Habib menanyakan langsung kepada Bani Hasyim mengenai hal ihwal Nabi Muhammad.

Habib bin Malik pun menanyakan langsung kepada Bani Hasyim, dan salah seorang dari Bani Hasyim menjawab, ” Kami tahu pasti tentang pribadi Muhammad yang berbudi luhur. Sejak kecil beliau senantiasa menjaga amanat dan jujur tutur katanya. Hanya saja, sejak usia 40 tahun ia selalu mencela tuhan-tuhan kami, bahkan menyampaikan agama baru yang berbeda dengan agama yang dipeluk nenek moyang kami. “

” Panggillah Muhammad kemari dengan ajakan yang baik-baik. Kalau ia tidak mau, maka paksalah, ” perintah Habib.

Kemudian mereka memberi tugas kepada salah seorang di antara mereka untuk memanggil Rasulullah. Beliau memenuhi undangan itu dengan di dampingi Abu Bakar dan istri beliau, Khadijah al-Kubra. Dengan isak tangis, keduanya berkata : ” Kami kuatir dengan kekejaman orang-orang kafir kepadamu, jangan-jangan mereka akan menggunakan cara kekerasan, zalim, dan curang. “

Rasulullah menjawab, ” Jangan takut, bertawakallah kepada Allah dalam urusan ini. “

Lalu Abu Bakar menyerahkan baju warna merah kepada beliau, dan Rasulullah pun memakainya. Kemudian beliau berangkat menemui Habib bin Malik dengan tetap didampingi Abu Bakar di sebelah kanannya dan Khadijah di sebelah kirinya.

Melihat kehadiran beliau, Habib lantas berdiri dan menyambutnya dengan penuh kehormatan, lalu mempersilahkan Rasulullah untuk duduk di atas kursi emas. Sementara, istri beliau Khadijah berdoa, ” Ya Allah, tolonglah Muhammad dan menangkanlah hujjahnya. “

Rasulullah duduk di hadapan Habib, cahaya wajah beliau bersinar terang menandakan kedamaian dan kewibawaan. Orang-orang yang hadir pun mengagumi beliau. Kemudian Habib berkata, ” Hai Muhammad, kau tahu pasti bahwa seluruh nabi itu memiliki mukjizat. Bagaimana dengan mukjizatmu? “

” Apakah yang kau inginkan? ” jawab Rasulullah.

” Matahari tenggelam dan bulan terbit di permukaan bumi dalam keadaan terbelah menjadi dua keping. Lalu masukkan ke dalam jubahmu. Yang sekeping keluar dari lengan kanan dan sekeping lagi keluar dari lengan kirimu. Namun, kedua kepingan bulan itu harus dapat menyatu kembali dan diletakkan di atas kepalamu untuk menandakan bahwa engkau seorang rasul. Lalu kembalikan lagi ke langit menjadi bulan seperti biasanya, terbit dan terbenam. Setelah itu, terbitkan kembali matahari dan edar sesuai porosnya semua, ” pinta Habib.

” Kalau sudah kulakukan, apakah kau akan beriman kepadaku? ” tanya beliau.

” Ya, dengan syarat kau harus memberitahu kepadaku masalah yang membuat sedih hatiku, ” jawab Habib.

Mendengar permintaan-permintaan Habib itu, Abu Jahal lantas berdiri dan menyetujuinya, ” Bagus Tuan Raja, sungguh tepat permintaan itu. “


Maka, berangkatlah Rasulullah menuju Gunung Qubais. Lalu shalat 2 rakaat, kemudian membentangkan kedua belah tangannya sembari berdoa kepada Allah Swt. Malaikat Jibril pun turun dengan diiringi 12.000 malaikat yang dilengkapi sejumlah panah di tangan mereka.

” Salam sejahtera senantiasa untukmu, wahai Rasulullah. Sesungguhnya Allah Swt menyampaikan salam kepadamu, dan Dia berfirman, ‘ Wahai kekasih-Ku, jangan takut dan jangan bersedih, sebab Aku senantiasa menyertaimu di mana saja kau berada. Sungguh, telah menjadi takdir dalam ilmu-Ku dan dalam perjalanan kepastian-Ku di masa azali mengenai hal-hal yang dituntut oleh Habib pada hari ini. Hadapilah mereka dan sampaikan hujjahmu untuk menunjukkan bukti kebenaran risalahmu. ‘ Allah telah menaklukkan matahari, bulan, bahkan siang dan malam untukmu. Habib bin Malik memiliki seorang putri yang pernah jatuh, sehinga tidak memiliki tangan, kaki, dan tidak pula memiliki dua bola mata. Sampaikan kabar gembira kepadanya bahwa Allah telah menganugrahi putrinya dengan kedua belah kaki, tangan, dan kedua bola matanya, sehingga dapat normal kembali seperti semula”, Kata Malaikat Jibril.

Dengan wajah bersinar dan penuh kegembiraan, Rasulullah pun turun dari puncak Gunung Qubais diiringi 12.000 malaikat yang berbaris rapi, dan Malaikat Jibril pun terbang ke angkasa.

Kemudian Rasulullah berhenti di makan Nabi Ibrahim. Beliau memberikan isyarat kepada matahari, dan matahari pun langsung terbenam dengan cepat, sehingga dunia menjadi gelap gulita. Lalu terbitlah bulan purnama yang cahayanya terang benderang. Dan tatkala bulan sudah meninggi, Rasulullah memberikan isyarat kembali dengan dua jarinya kepada bulan, maka bulan pun meluncur dengan cepat ke bumi dan berhenti di hadapan Rasulullah. Bulan bergetar bagaikan awan, lalu terbelah menjadi dua keping.

Rasulullah langsung memasukkan kedua keping bulan tersebut ke dalam jubahnya, kemudian mengeluarkannya kembali, yaitu satu dari lengan kanan dan yang satu lagi lengan kiri. Lalu mengembalikan bukan yang terbelah itu menyatu lagi dan bersinar kembali seperti sedia kala.

Bulanpun berseru dengan kerasnya, “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Sungguh, beruntunglah orang yang membenarkanmu dan merugilah orang yang mengingkarimu.”

Kemudian bulan dikembalikan ke langit seperti semula, dengan sinarnya yang terang benderang, lalu terbenam. Dan matahari pun terbit seperti semula.

Selanjutnya Habib bin Malik mengajukan tuntutannya yang ke dua, dan langsung dijawab oleh Rasulullah, ” Sesungguhnya engkau memiliki anak perempuan yang pernah jatuh, sehingga tidak memiliki tangan, kaki dan dua bola mata. Namun sekarang Allah telah mengembalikan semua anggota badannya seperti semula. “

Mendengar penuturan beliau dan setelah menyaksikan mukjizat dengan mata kepalanya sendiri, Habib bin Malik langsung berdiri tegak dan berseru, ” Wahai masyarakat Mekah, tiada kufur setelah iman, tiada keraguan setelah yakin. Ketahuilah bahwa aku menyatakan diri memeluk Islam.”

Keislaman Habib diikuti oleh seluruh prajuritnya, dan serentak mengucapkan dua kalimat syahadat: Asyhadu an Laa Ilaha Illallah Wadhadu Laa Syarika Lahu. Wa Asyahadu anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasuluhu.”

Abu Jahal tersentak dan protes, “Wahai paduka raja, apakah Anda mempercayai tukang sihir dengan segala aksinya itu?”

Namun, Habib bin Malik tidak menghiraukannya dan segera kembali ke negeri Syam sebagai seorang Muslim. Sesampainya di istana, putrinya yang telah sembuh langsung menyambut kedatangan ayahnya seraya mengucapkan : Asyhadu an Laa Ilaha Illallah Wadhadu Laa Syarika Lahu. Wa Asyahadu anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasuluhu.”

Dengan penuh keheranan Habib bertanya, “Wahai putriku, dari mana kau bisa belajar kalimat yang bagus ini?”

” Seorang lelaki datang kepadaku di kala aku sedang tidur, kemudian ia memberitahukan, ” Ayahmu telah memeluk Islam, jika kau mengikuti jejaknya niscaya akan ku kembalikan anggota badanmu seperti semula. ” Maka, aku pun menyatakan memeluk Islam dalam tidurku itu. Pagi harinya, tubuhku menjadi normal kembali sebagaimana yang ayah lihat, ” tutur putrinya.

Hari berikutnya, Habib bin Malik mengirimkan hadiah berupa emas dan perak serta pakaian yang di angkut oleh 5 ekor unta, lengkap dengan para budak yang mengusungnya, untuk diserahkan kepada Rasulullah di Mekah al-Mukaramah.

Saat rombongan pembawa hadiah tersebut mendekati kota Mekah, Abu Jahal menghadangnya. “Milik siapa kalian?” serunya.

” Kami milik Raja Habib dan hendak menyerahkannya kepada Rasulullah, ” Jawab mereka.

Namun, Abu Jahal memaksa mereka untuk menyerahkan hadiah itu kepada dirinya, sehingga terjadilah pertempuran di antara mereka.

Sehingga, berkumpullah masyarakat Mekah dan paman-paman Nabi Saw. Para budak pun berkata, “Sejumlah hadiah ini berasal dari Raja Habib bin Malik yang hendak diserahkan kepada Nabi Muhammad, namun Abu Jahal menghadangnya karena mengira hadiah ini untuk dirinya. “

Datanglah Rasulullah dan berkata, “Wahai masyarakat Mekah, maukah kalian menerima usulanku?”

” Kami bersedia, ” jawab mereka.

” Kita tanyakan langsung kepada unta-unta itu, untuk siapa sebenarnya hadiah itu?” usul beliau.

Kita tunda dulu sampai besok, ” usul Abu Jahal. Dan Nabi pun menerima usulan Abu Jahal tersebut.

Untuk persiapan esok, Abu Jahal pergi ke rumah patung sembahannya dan berkurban untuk patung itu, serta tidur di sampingnya sampai pagi hari, dengan harapan agar perkaranya dengan Nabi esok dapat dimenangkan olehnya.

Pagi harinya, seluruh masyarakat Mekah sudah berdatangan, termasuk Nabi Muhammad yang didampingi oleh paman-paman beliau.

Abu Jahal mendapat giliran yang petama. Ia kelilingi unta-unta itu seraya berkata, “Hai unta, berbicaralah atas nama Lata, ‘Uzza dan Manat!”

Ia sebut berulang-ulang sampai matahari meninggi, namun tak terdengar jawaban dari unta-unta itu. Karena bosan menunggu, masyarakat Mekah pun berteriak kepadanya, “Hai Abu Jahal, sudah cukup. Sekarang giliran Muhammad. “

Nabi pun mendekati unta-unta itu, lalu bersabda, “Hai sekalian unta ciptaan Allah, berbicaralah kalian dengan kekuasaan Allah. “

Salah satu unta berdiri mewakili yang lain, dengan suara keras berteriak, “Hai masyarakat Mekah, kami ini adalah hadiah dari Raja Habib untuk Muhammad Saw. “

Mendengar ucapan dan jawaban unta itu, Abu Jahal merasa malu dan segera pulang meninggalkan tempat itu dengan hati yang marah bercampur dongkol kepada Nabi Muhammad. Kepada seluruh masyarakat Mekah yang menyaksikan peristiwa itu, Abu Jahal mengatakan bahwa Muhammad adalah tukan sihir. Abu Jahal masih tidak mau menerima kebenaran yang datang dari keponakannya itu, yang tak lain adalah Nabi Muhammad.

Kemudian Rasulullah menuntun unta-unta yang membawa hadiah dari Raja Habib itu ke Gunung Qubais. Setelah sampai di puncaknya, Rasulullah mengeluarkan semua isi kantong yang berisikan emas dan perak serta benda-benda berharga lainnya, kemudian ditimbun seperti bukit. Lalu beliau bersabda, “Jadilah kalian pasir!”

Maka barang-barang berharga, berupa emas, perak dan perhiasan lainnya itu berubah menjadi bukit pasir. Sampai sekarang tempat itu masih ada, berupa bukit di Gunung Qubais, tepatnya di Kota Mekah al-Mukaramah.■

google

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel