-->

WISATA: Pesona Telaga Kemuning Gunungkidul

Telaga Kemuning

Objek wisata Telaga Kemuning memang belum tenar. Namun keindahannya pantas Anda masukkan sebagai salah satu tempat wisata yang bakal dikunjungi. Telaga ini juga menjadi salah satu yang ditawarkan dalam paket kunjungan wisata ke Desa Wisata Kemuning.

Desa Wisata Kemuning di Kecamatan Patuk, Gunungkidul baru diresmikan pada 10 Juni 2012. Sebagai desa wisata, Kemuning tentu saja menyajikan pemandangan yang indah dan layanan yang menjadi unggulan.

Salah satunya Telaga Kemuning. Telaga ini mulai diperbaiki dan dibangun fasilitasnya pada 2008 kemudian difungsikan sebagai tempat rekreasi.

Sekitar telaga terdapat hutan milik Perhutani dan sebagian adalah Wana Gama milik warga. Hutan ini kerap dimanfaatkan untuk karya ilmiah pelajar dan mahasiswa. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul melebarkan telaga hingga 1 hektare dengan kedalaman air 2,5-3 meter di musim hujan dan 1,5 meter ketika kemarau.

Kemuning sebenarnya adalah sebuah pedukuhan yang menjadi bagian dari Desa Bunder, Kecamatan Patuk. Letaknya berada di 200 meter Dpl. Karena terletak di perbukitan, pemandangan di tempat ini cukup indah. Alam pegunungan dan hamparan tanaman kayu putih menjadi suguhan menarik.

Untuk bisa ke kawasan Desa Wisata Kemuning dan mengunjungi Telaga Kemuning, Anda bisa melewati rute Jalan Yogyakarta-Wonosari hingga di kilometer 25 akan ada pertigaan Kerjan. Ambil ke selatan 100 meter, sampai pertigaan Gunungan ambil arah kiri.

Jalan menuju Telaga Kemuning masih berupa pavingan semen jadi harus berhati-hati.   Panjang jalan pavingan ini sekitar tiga kilometer hingga ke Telaga Kemuning. Sepanjang jalan terlihat rumah-rumah warga yang letaknya berjauhan, melewati tanaman kayu putih.

Masuk ke kawasan Telaga Kemuning Anda cukup membayar Rp2.000 lalu mengisi buku tamu. Ada juga perahu bebek yang bisa dinaiki untuk mengarungi telaga. Biaya sewanya Rp10.000. Tak hanya itu saja, bagi yang gemar memancing, telaga ini juga sekaligus difungsikan sebagai kawasan pemancingan.

Wakil Ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Kecamatan Patuk, Pardiman, pekan lalu menjelaskan ada beragam jenis ikan di telaga ini. “Ada ikan nila, tombro, tawes dengan biaya harian Rp10.000 dan jika dengan paket wisata mulai Rp30.000 setiap kali memancing,” ujarnya.

Di telaga ini juga disiapkan Tim SAR dan pemandu wisata. “Rencananya akan dibangun fasilitas yang lebih komplet untuk para pengunjung,” kata Pardiman.  

Pohon Kemuning

Nama Dukuh Kemuning, menurut Pardiman diambil dari nama Pohon Kemuning. “Sampai sekarang, masyarakat sekitar tidak tau persis wujud pohon yang konon memiliki bunga yang wangi dan harumnya semerbak. Saking besarnya pohon Kemuning bisa menutupi seluruh wilayah Kemuning,” tuturnya.

Dulu kala, Dusun Kemuning merupakan hutan yang lebat. Di tengah hutan memang ada satu pohon yang sangat besar yaitu Kemuning. Sampai-sampai penduduk asli Kemuning tak tahu wujudnya seperti apa.

Di tengah hutan yang sangat lebat, tampak sebuah telaga yang sudah ada pada zaman dulu. Pengurus Karang Taruna setempat, Dedi Supriyadi mengatakan dari ia lahir di dusun tersebut sudah ada telaga Kemuning.

“Kalau berjalan satu kilometer dari telaga ada kayu winong, kayunya unik bentuknya menyerupai tubuh perempuan,” imbuh Pardiman.

Kayu winong dipercaya sebagai pohon pertanda musim. Apabila akan terjadi musim kemarau, daun pohon winong akan menggugurkan daunnya. Jika terjadi musim hujan akan bersemi terlebih dahulu.

Sebelum memasuki desa pengunjung juga bisa melihat 80 bekas telapak kaki kuda di atas lima batu alam berpagar. Terletak di pinggir jalan sebelum memasuki dusun Kemuning. Telaga Kemuning buka setiap hari untuk pukul 08.00-17.00 WIB.


Harjo Online
(Anissa Nurul Kurniasari/JIBI/Harian Jogja)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel