-->

PEMBURU ULAT: Demi Ulat Jati, Belasan Kilometer Dilalui



Warga beramai-ramai berburu ulat jati di hutan Dusun Grogol, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul

GUNUNGKIDUL—Awal musim hujan membawa berkah bagi sebagian warga Gunungkidul. Tidak hanya karena merupakan pertanda dimulainya musim tanam, awal musim hujan juga berarti warga bisa menikmati makanan unik yang hanya ada setahun sekali.

Ketika Harian Jogja melintasi areal hutan jati di Grogol, Bejiharjo, Karangmojo, Selasa (11/12) sekelompok warga tengah asik berjongkok sambil membawa kantong plastik. Rupanya mereka tengah berburu ungkrung dan ulat jati. Begitu bersemangatnya mereka mengumpulkan ungkrung, sampai-sampai seluruh anggota keluarga dikerahkan untuk mencari serangga itu. Bahkan mereka rela menempuh jarak belasan kilometer untuk berburu serangga yang konon sangat nikmat untuk disantap.

Salah satu warga yang sedang berburu ungkrung di Grogol saat itu adalah Samiyo, 40, warga Ngaliyan, Nglipar. Dia sudah berhasil mengumpulkan satu tas plastik ukuran besar ulat jati dan ungkrung. Menurutnya, ungkrung-ungkrung tersebut akan dia konsumsi sendiri bersama keluarganya.

“Dimakan sambil minum teh di sore hari nikmatnya luar biasa,” ujarnya berpromosi.

Satu kilogram ungkrung dan ulat jati menurut Samiyo dapat dijual dengan harga berkisar antara Rp40.000 dan Rp70.000. Meskipun begitu, hasil tangkapannya hari itu tidak akan dia jual. “Dimakan sendiri saja kurang,” katanya sambil tertawa.

Ungkrung merupakan ulat jati yang sudah berproses menjadi kepompong. Ukurannya sekitar satu hingga dua sentimeter dengan warna coklat kehitaman. Sedangkan ulat jadi berwarna hitam dengan panjang bervariasi sekitar dua hingga tiga sentimeter. Serangga ini hanya dapat ditemui ketika awal musim hujan dan hanya dapat ditemui setahun sekali. Maka tak heran ketika saatnya tiba warga berbondong-bondong berburu ulat jati dan ungkrung.

Harmosuwito, 70, pemburu ulat jati dan ungkrung asal Nglipar lainnya yang ditemui Harian Jogja mengatakan, hasil buruannya ini paling enak bila digoreng kering atau dibacem. Tetapi bila suka, ungkrung dan ulat jati bisa juga ditumis dengan berbagai bumbu pedas. Bila belum terbiasa, kita harus berhati-hati dalam mengonsumsi serangga ini. Terkadang dapat timbul alergi dan gatal-gatal bila ternyata tidak cocok dengan makanan unik warga Gunungkidul. “Kalau tidak terbiasa bisa alergi” jelas Harmosuwito.

Guna mengurangi risiko alergi, biasanya warga mencampurkan beberapa batang arang kayu saat merebus atau menggoreng unkrung. Arang ini diyakini dapat menyerap racun sehingga serangga ini lebih aman dikonsumsi dan tidak menimbulkan reaksi alergi.

(JIBI/Harian Jogja/Gilang Jiwana)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel