Goa Bribin, Sumber Air yang melimpah di Gunungkidul
Wednesday 28 November 2012
Gunungkidul pada musim kemarau selalu mengalami
kekeringan. Pada waktu musim kemarau panjang, pohon meranggas, rumput
dan ilalang menjadi layu dan kuning kecoklatan, tanah menjadi gersang
dan retak-retak, sedangkan telaga-telaga kecil airnya surut dan
meninggalkan genangan becek kecoklatan.
Telaga ini biasanya dikerumuni kerbau yang
kehausan. Sedangkan orang-orang desa mencoba menggali tepian telaga
untuk sekedar mendapatkan semangkok air untuk menjaga kelangsungan hidup
mereka sehari-hari. Suatu pemandangan yang mengenaskan.
Harga jual ternak di
Wonosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada saat musim
kemarau turun drastis. Serbuan pedagang ternak ke pasar hewan Wonosari
diakibatkan tingkat kebutuhan hidup para peternak yang meningkat, dari
musim masuk sekolah hingga memenuhi kebutuhan akan air bersih. Demi
untuk bisa membeli air bersih mereka menjual ternaknya, sungguh ironis.
Keadaan yang terus berulang setiap musim kemarau
ini mungkin akan berubah di tahun-tahun mendatang. Di daerah Gunungkidul
yang tandus itu ternyata air berlimpah, tapi jauh di bawah tanah, di
dalam perut bumi. Secara geologis, Gunungkidul terbentuk dari pegunungan
kapur (karst), dimana air permukaan meresap jauh kedalam tanah dan
membentuk sungai-sungai bawah tanah yang mengalir deras ke laut. Di daerah ini terdapat goa yang menembus bawah tanah dan mencapai sungai-sungai bawah tanah tersebut.
Menurut informasi pemda Kabupaten Gunungkidul dalam situsnya (www.pariwisata.gunungkidulkab.go.id), Kabupaten Gunungkidul memiliki topografi karst yang terbentuk oleh proses pelarutan batuan kapur. Bentang alam ini dikenal sebagai Kawasan Karst Pegunungan Sewu yang bentangnya meliputi wilayah kabupaten Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan. Kabupaten Gunungkidul memiliki luas kawasan karst 13.000 km². Bentang alam kawasan karst Gunungkidul sangat unik, hal tersebut dicirikan dengan adanya fenomena di permukaan (eksokarst) dan bawah permukaan (endokarst).
Fenomena permukaan meliputi bentukan positif,
seperti perbukitan karst yang jumlahnya lebih kurang 40 ribu bukit yang
berbentuk kerucut. Bentukan negatifnya berupa lembah-lembah karst dan
telaga karst. Sedangkan fenomena bawah permukaan meliputi goa-goa karst
(terdapat 119 goa) dengan stalaktit dan stalagmit, dan semua aliran
sungai bawah tanah. Karena keunikan ekosistemnya, maka tahun 1993 International Union of Speleology mengusulkan agar Kawasan Karst Pegunungan Sewu masuk ke dalam salah satu warisan alam dunia.
Goa Bribin adalah salah satu dari sekian banyak goa
yang memiliki air yang melimpah. Air itu mengalir seperti sungai di
dalam goa yang dalamnya sekitar 100 meter. Di goa yang terletak di Desa
Dadap Ayu, Kecamatan Semanu, saat ini sedang diselesaikan proyek
pemanfaatan air bawah tanah, bukan saja untuk memenuhi kebutuhan air
minum, tapi juga pembangkit tenaga listrik. Goa Bribin sendiri sudah
lama menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah, bahkan sebagian kecil
dari potensi airnya sudah berhasil dipompa keatas dan dimanfaatkan oleh
masyarakat.
Dengan bantuan hibah pemerintah Jerman untuk teknologi,
peralatan bor dan turbin, serta pompa-pompa, proyek ini sebenarnya
sudah dimulai tahun 2004, dengan membangun bendungan di dalam goa. Air
baku dari Goa Bribin direncanakan dapat melayanai 97 ribu jiwa yang
tersebar di 13 Desa dan 5 Kecamatan, dengan kapasitas debit air sebesar
800 liter per detik.
Sebenarnya goa ini sudah
sejak lama menarik perhatian para peneliti dan speleolog (ahli tentang
goa dan ruang bawah tanah) dari berbagai negara. Bahkan, sebagaimana
diberitakan Harian Kompas (4 Februari 2010), penelitian tentang Goa
Bribin telah melahirkan tujuh gelar master, semuanya orang Jerman.
Sayang, orang kita sendiri kurang begitu berminat untuk menelitinya.
Penulis yang pernah
mengunjungi Goa Bribin akhir tahun 80-an mengakui memang goa ini
memiliki daya tarik yang tinggi bagi wisatawan yang menyukai wisata
bawah tanah. Masuk ke dalam goa kadang kita harus merangkak karena
rendahnya langit-langit goa. Tapi setelah tiba di bawah, rongga tersebut
membesar sehingga membentuk ruangan yang sangat besar dimana aliran air
sungai mengalir dengan deras. Dengan bantuan lampu dari mesin
generator, ruangan dalam gua menjadi terang benderang. Rongga-rongga
yang dipenuhi stalaktit dan stalagmit itu sangat impresif dan
mengagumkan, keindahan ciptaan Tuhan yang terpateri di relung-relung
gua, jauh di bawah permukaan tanah.
Masyarakat
Gunungkidul dimasa datang tidak lagi kesulitan air minum pada waktu
musim kemarau. Harta karun ternyata ada di dalam perut bumi, air
ternyata melimpah ruah tepat di bawah tempat tinggal mereka. Tantangan
bagi kita untuk memanfaatkannya, dengan ilmu pengetahuan yang seharusnya
kita miliki dan kita kuasai, tanpa harus menunggu orang asing
menelitinya.
.