-->

Goa Bribin, Sumber Air yang melimpah di Gunungkidul


Goa Bribin (Foto UNS)
Goa Bribin (Foto UNS)

Gunungkidul pada musim kemarau selalu mengalami kekeringan. Pada waktu musim kemarau panjang, pohon meranggas, rumput dan ilalang menjadi layu dan kuning kecoklatan, tanah menjadi gersang dan retak-retak, sedangkan telaga-telaga kecil airnya surut dan meninggalkan genangan becek kecoklatan.

Telaga ini biasanya dikerumuni kerbau yang kehausan. Sedangkan orang-orang desa mencoba menggali tepian telaga untuk sekedar mendapatkan semangkok air untuk menjaga kelangsungan hidup mereka sehari-hari. Suatu pemandangan yang mengenaskan.

Harga jual ternak di Wonosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada saat musim kemarau turun drastis. Serbuan pedagang ternak ke pasar hewan Wonosari diakibatkan tingkat kebutuhan hidup para peternak yang meningkat, dari musim masuk sekolah hingga memenuhi kebutuhan akan air bersih. Demi untuk bisa membeli air bersih mereka menjual ternaknya, sungguh ironis.

Keadaan yang terus berulang setiap musim kemarau ini mungkin akan berubah di tahun-tahun mendatang. Di daerah Gunungkidul yang tandus itu ternyata air berlimpah, tapi jauh di bawah tanah, di dalam perut bumi. Secara geologis, Gunungkidul terbentuk dari pegunungan kapur (karst), dimana air permukaan meresap jauh kedalam tanah dan membentuk sungai-sungai bawah tanah yang mengalir deras ke laut. Di daerah ini terdapat goa yang menembus bawah tanah dan mencapai sungai-sungai bawah tanah tersebut.

Menurut informasi pemda Kabupaten Gunungkidul dalam situsnya (www.pariwisata.gunungkidulkab.go.id), Kabupaten Gunungkidul memiliki topografi karst yang terbentuk oleh proses pelarutan batuan kapur. Bentang alam ini dikenal sebagai Kawasan Karst Pegunungan Sewu yang bentangnya meliputi wilayah kabupaten Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan. Kabupaten Gunungkidul memiliki luas kawasan karst 13.000 km². Bentang alam kawasan karst Gunungkidul sangat unik, hal tersebut dicirikan dengan adanya fenomena di permukaan (eksokarst) dan bawah permukaan (endokarst).

Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti perbukitan karst yang jumlahnya lebih kurang 40 ribu bukit yang berbentuk kerucut. Bentukan negatifnya berupa lembah-lembah karst dan telaga karst. Sedangkan fenomena bawah permukaan meliputi goa-goa karst (terdapat 119 goa) dengan stalaktit dan stalagmit, dan semua aliran sungai bawah tanah. Karena keunikan ekosistemnya, maka tahun 1993 International Union of Speleology mengusulkan agar Kawasan Karst Pegunungan Sewu masuk ke dalam salah satu warisan alam dunia.

Goa Bribin adalah salah satu dari sekian banyak goa yang memiliki air yang melimpah. Air itu mengalir seperti sungai di dalam goa yang dalamnya sekitar 100 meter. Di goa yang terletak di Desa Dadap Ayu, Kecamatan Semanu, saat ini sedang diselesaikan proyek pemanfaatan air bawah tanah, bukan saja untuk memenuhi kebutuhan air minum, tapi juga pembangkit tenaga listrik. Goa Bribin sendiri sudah lama menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah, bahkan sebagian kecil dari potensi airnya sudah berhasil dipompa keatas dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Dengan bantuan hibah pemerintah Jerman untuk teknologi, peralatan bor dan turbin, serta pompa-pompa, proyek ini sebenarnya sudah dimulai tahun 2004, dengan membangun bendungan di dalam goa. Air baku dari Goa Bribin direncanakan dapat melayanai 97 ribu jiwa yang tersebar di 13 Desa dan 5 Kecamatan, dengan kapasitas debit air sebesar 800 liter per detik.

Sebenarnya goa ini sudah sejak lama menarik perhatian para peneliti dan speleolog (ahli tentang goa dan ruang bawah tanah) dari berbagai negara. Bahkan, sebagaimana diberitakan Harian Kompas (4 Februari 2010), penelitian tentang Goa Bribin telah melahirkan tujuh gelar master, semuanya orang Jerman. Sayang, orang kita sendiri kurang begitu berminat untuk menelitinya.
 
Penulis yang pernah mengunjungi Goa Bribin akhir tahun 80-an mengakui memang goa ini memiliki daya tarik yang tinggi bagi wisatawan yang menyukai wisata bawah tanah. Masuk ke dalam goa kadang kita harus merangkak karena rendahnya langit-langit goa. Tapi setelah tiba di bawah, rongga tersebut membesar sehingga membentuk ruangan yang sangat besar dimana aliran air sungai mengalir dengan deras. Dengan bantuan lampu dari mesin generator, ruangan dalam gua menjadi terang benderang. Rongga-rongga yang dipenuhi stalaktit dan stalagmit itu sangat impresif dan mengagumkan, keindahan ciptaan Tuhan yang terpateri di relung-relung gua, jauh di bawah permukaan tanah.
Masyarakat Gunungkidul dimasa datang tidak lagi kesulitan air minum pada waktu musim kemarau. Harta karun ternyata ada di dalam perut bumi, air ternyata melimpah ruah tepat di bawah tempat tinggal mereka. Tantangan bagi kita untuk memanfaatkannya, dengan ilmu pengetahuan yang seharusnya kita miliki dan kita kuasai, tanpa harus menunggu orang asing menelitinya.
.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel